"tulisan ini saya dedikasikan untuk pemerintah dan pihak terkait yang telah bekerja keras dalam hal penggaulangan kasus HIV/AIDS di Indonesia. tulisan ini lebih menekankan ke inovasi ide karena saya ingin ambil ikut bagian dalam memberantas penyakit yang telah sistemik ini"
"dari 74 juta pemuda di Indonesia sebanyak 27 persen generasi muda terlibat dalam narkoba dan 20.9 persen terjerat dalam lingkaran pergaulan seks bebas. Ini bukan angka yang main-main, artinya sekitar 15 juta pemuda di Indonesia terlibat dalam kasus narkoba dan pergaulan seks bebas" (hal inilah yang mengilhami saya untuk membuat tulisan ini)
PEKAN KONDOM NASIONAL 2012
"KOMPLIKASI IDE DAN LANGKAH STRATEGIS PENGGULANGAN HIV/AIDS DI INDONESIA"
Latar
Belakang
Saat
ini sex bebas dan narkoba menjadi gaya hidup bagi sebagian pemuda di dunia,
tidak terkecuali di Indonesia. Tidak heran jika virus HIV dan AIDS di Indonesia
merajalela. Dari total kasus
HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan pada semester pertama 2012 tercatat
sebanyak 9.883 kasus HIV dan 2.224 kasus AIDS, 45 persen di antaranya diidap
oleh generasi muda (Antaranews, 2012). Tentu hal ini menjadi tantangan
sekaligus ancaman bagi bangsa Indonesia sendiri. Selain untuk menanggulangi
para pemuda yang sudah terinfeksi HIV dan AIDS bangsa Indonesia juga dihantui
oleh buruknya kualitas sumber daya manusia (SDM) terutama kalangan pemuda.
Bagaimana tidak dikatakan mempunyai kualitas
yang buruk jika (BPS, 2010) menyebutkan bahwa dari 74 juta pemuda di Indonesia sebanyak
27 persen generasi muda terlibat dalam narkoba dan 20.9 persen terjerat dalam
lingkaran pergaulan seks bebas. Ini bukan angka yang main-main, artinya sekitar
15 juta pemuda di Indonesia terlibat dalam kasus narkoba dan pergaulan seks
bebas. Tentu ini menjadi ancaman tersendiri bagi bangsa Indonesia, terlebih
lagi bahwa pemuda adalah sumber investasi yang berharga untuk estafet
pembangunan negeri ini.
Jika kita melihat secara keseluruhan
berdasarkan laporan (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2012) mengatakan bahwa
hingga September 2012 jumlah pengidap HIV dan AIDS mencapai 33.136 jiwa, dimana
22.147 jiwa adalah laki-laki, 10.904 jiwa adalah perempuan sedangkan sisanya
belum diketahui (85 jiwa). Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2011 lalu, dimana
kasus HIV dan AIDS berjumlah 28.757 jiwa.
Latar belakang kemajuan suatu daerah tidak
menjamin daerah tersebut terhindar dari penyakit yang mematikan tersebut,
justru daerah yang maju lebih rentan untuk terjangkit kasus ini. Hal ini sudah
dapat dicerna, karena daerah maju tidak lepas dari hiruk pikuk globalisasi
sehingga kecenderungan seks bebas dan narkotika akan lebih mudah diakses. Saat ini
kasus HIV dan AIDS sudah menyebar di 33 provinsi di Indonesia, dimana kasus
tertinggi periode September 2012 berada pada provinsi Papua dimana HIV 9,447 jiwa
dan AIDS sebanyak 7,572 jiwa. Posisi kedua ternyata ditempati oleh ibu kota
negara Jakarta dimana kasus HIV sebanyak 21,775 jiwa dan positif AIDS sebanyak 6,299
jiwa, yang kemudian disusul oleh Provinsi Jawa Timur dengan HIV 11,994 jiwa dan
AIDS sebanyak 5,257jiwa. Sedangkan posisi terendah (urutan 33) adalah Provinsi
Sulawesi Barat yang hanya terdapat 30 jiwa pengidap HIV tanpa AIDS.
Melihat kondisi dimana pemuda yang paling
dominan dalam terinfeksi virus HIV/AIDS, belum lagi pergaulan pemuda yang tak
kenal batas membuat saya sedikit terbersit untuk memberikan beberapa inovasi
ide dalam penanggulangan kasus HIV/AIDS di Indonesia.
Dampak Kemajuan dan Ketertinggalan Suatu Daerah
Tidak dapat dipungkuri kemajuan dan
ketertinggalan suatu daerah akan berdampak pada kondisi masyarakatnya. Kemajuan
suatu daerah pada dasarnya mempunyai dampak pada kualitas pada kehidupan sosial
dan ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana yang lengkap, aksses informasi
yang relatif mudah, begitu juga dengan akses penunjang sarana sosial lainnya
seperti halnya kesehatan dan pendidikan yang begitu mudah. Namun daerah maju
juga telah terkontaminasi dengan arus globalisasi. Jika suatu daerah dalam
lingkup kecil, dan bangsa dalam lingkup yang lebih besar tidaak mempunyai filter
yang baik maka daerah maju tersebut akan terkena berbagaai ancaman. Seks bebas
dan pergaulan yang berlebihan hingga narkoba akan menjadi hal yang paling
lumrah ditemui di daerah maju.
Salah satu
contoh daerah maju ini dapat dilihat dari kasus pengidap HIV dan AIDS di kota
Jakarta. Dimana Jakarta merupakan provinsi tertinggi kedua dalam kasus HIV dan
AIDS di Indonesia disusul oleh daerah maju lainnya Jawa Timur, Jawa Barat, Bali
dan Jawa Tengah. Berdasarkan analisis saya pribadi hal ini disebaabkan oleh :
·
Arus globalisasi
yang sangat terasa, karena pulau Jawa bisa dikatakan akses yang dominan dalam
memajukan negara Indonesia. Sehingga secara
sisi negatif kebanyakaan masyaraakatnya terutama pemuda akan muda terpengaruh
akan budaya asing yang masuk tanpa filter. Bagaimana tidak seks bebas sangat
mudah ditemui di Pulau Jawa dimana baru-baru ini ditemukan kasus arisan seks
pelajar di pulau Jawa. Belum lagi kasus narkoba yang tak tinggi di daerah maju
ini
·
Kebanyakan
yang terlibat dikasus pergaulan seks bebas dan narkoba di daerah maju berasal
dari keluarga yang ekonomi minim. Sehingga memaksa dirinya untuk menjadi PSK,
wanita penghibur di diskotik, dsb. Tidak hanya itu, seks bebas dan narkoba juga
kerap kali terjadi dari keluarga yang broken
home sehingga memaksa anggota keluarga untuk mencari kesenangan lain,
sayangnya kesenangan tersebut berakhir pada diskotik, klub malam dan tempat
prostitusi yang identik dengan narkoba dan seks bebas. Tidak heran jika kasus
HIV dan AIDS di pulau jawa tinggi
·
Bagaimana
dengan Bali, menurut saya Bali adalah manifestasi dari Indonesia karena Bali
terkenal dengan pariwisata alam dan budayanya. Sehingga banyak para wisatwan asing
yang singgah ke Bali, oleh sebab itu budaya asing sangat mudah masuk kesini,
terlebih orang asing terutama barat menganut hokum seks bebas yang dilegalkan. Sehingga
tidak heran jika bali berada diurutan ke emppat untuk angka HIV dan AIDS
tertinggi di Indonesia.
Lantas
apa hubungan daerah tertinggal dengan peningkatan kasus HIV dan AIDS di Indonesia,
Papua contohnya. Berdasarkan data dari data (BPS, 2010) Papua adalah provinsi
dengan penduduk termiskin di Indonesia. Tidak hanya miskin Papua juga merupakan
provinsi yang masih terjaga keraifan lokal masyarakatnya, mulai dari berburu,
cara berpakaian, hingga cara berhubungan seksual. Berikut analisis saya mengapa
Papua menempati urutan pertama kasus HIV dan AIDS di Indonesia :
·
Papua adalah
daerah yang minim informasi dan pengetahuan serta pendidikan, terlebih dalam
hal seks edukasi, terutama masyarakat asli. Sehingga banyak masyarakat yang tak
mengetahui akibat dari hubungan seksual yang tidak pada tempatnya. Barganti-ganti
pasangan lazim terjadi, tanpa kondom dan hukum adat yang dianut tidak menujtun cara/teknik
“berhubungan intim” yang baik agar tidak terjangkit virus yang mematikan ini.
Penanggulangan HIV/AIDS oleh Pemerintah
Indonesia
(PP & PL
KEMENKES RI, 2012)
melaporkan bahwa dibeberapa kota besar pencegahan dan pengobatan dalam
penanggulangan HIV/AIDS pada umumnya masih jauh dari harapan penanggulangan
HIV/AIDS, sehingga berdampak pada meningkatnya orang terinfeksi dari tahun ke
tahun, hal ini dapat kita ambil contoh Pada Tahun 1990 jumlah kumulatif secara nasional kasus
aids terjadi 17 kasus, dan meningkat sampai dengan bulan
Juni 2011 secara kumulatif terjadi 26.483 kasus. Proporsi kumulatif kasus AIDS
tertinggi berada pada kelompok umur 20-29 (46,3%) diikuti dengan kelompok umur 30-39
tahun (31,4%) dan kelompok umur 40-49 tahun (9,7%), (laporan dari
300 kabupaten/kota dan 33
provinsi).
Hal yang paling banyak ditemui dalam
penanggulangan kasus HIV/AIDS di Indonesia adalah :
·
Melakukan
penyuluhan atau sosialisasi kepada remaja/pelajar terkait bahaya HIV dan AIDS
·
Membuat
seminar-seminar tentang sex education bagi
kalangan pelajar dan remaja
·
Meskipun
sempat menuai kontroversi, yaitu pembagian kondom gratis di tempat-tempat
lokalisasi, jalan raya, dsb.
Jika
kita lehat ketiga langkah diatas disasarkan kepada usia remaja terutama
kalangan pelajar, karena usia remajalah yang rentan akan terjerumus ke dunia
pergaulan seks bebas dan narkoba yang akan berdampak pada terkena virus
HIV/AIDS. Ketiga langkah tersebut adalah hal yang paling sering ditemui dalam penanggulangan
kasus HIV/AIDS di Indonesia meskipun ada langkah lain misalnya, pendataan kasus
HIV/AIDS, rehalibitasi orang yang positif HIV/AIDS dan pembinaan-pembinaan
kepada penderita HIV/AIDS. Cukup kreatif langkah-langkah penggulangan HIV/AIDS
yang dilakukan oleh pemerintah, namun sayang penderita HIV/AIDS dari tahun ke
tahun cenderung mengalami peningkatan. Untuk itulah diperlukannya beberapa ide
segar dari siapa saja yang diharapkan idenya mampu diadopsi oleh pemerintah
sehingga dapat menyelamatkan asset bangsa yang paling berharga yaitu pemuda.
Inovasi Ide Komplikasi
Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia
Ide ini saya dedikasikan kepada
pemerintah, pihak yang terkait dalam hal penaggulangan HIV/AIDS di Indonesia,
masyarakat luas, remaja dan pemuda di seluruh negeri, karena pada dasarnya
tanggungjawab prihal HIV/AIDS bukan tanggungjawab pemerintah saja melainkan
kita semua.
Inspirasi ide
saya dapatkan dari ide-ide yang sudah ada namun ada sedikit inovasi, selebihnya
memang ada terobosan terbaru. Ide muncul ketika saya mencermati bahwa orang
yang terjangkit HIV/AIDS kebanyakan dari kalangan pemuda dan tidak memandang
daerah tersebut maju atau tertinggal, miskin atau kaya. Oleh sebab itu perlu
adanya ide yang tersistem dengan baik yang tersusun dalam program yang
kompleks. Berikut komplikasi ide yang akan saya berikan :
1.Kemenkes Bina Remaja-Pemuda
Ide
ini muncul karena melihat langkah penggulangan HIV/AIDS melalui penyuluhan dan
sosialisasi maupun seks edukasi yang kurang efektif. Mengapa demikian, menurut
saya hal ini hanya bersifat sementara, selesai sosialisasi maka para remaja dan
pemuda akan “liar” kembali. Karena dampak dari penyuluhan dan sosialisasi tidak
berkelanjutan alias hanya sementara.
Oleh
sebab itu Kemenkes harus mempunyai simpul-simpul pembinaan remaja-pemuda di
setiap daerah di Indonesia, baik daerah maju maupun tertinggal, baik di desa
maupun di kota, dimana ada remaja dan pemuda di sana akan dibentuk
simpul-simpul pembinaan remaja dan pemuda oleh kemenkes. Bentuk pembinaan bisa
berbentuk monitoring (pengawasan), pertemuan rutin, pemberian project sosial
kepada para pemuda dan remaja, sosial entrepreneurship, dsb. Dimana setiap
bentuk pembinaan yang diberikan harus sampai pada tahap evaluasi. Yang pasti
kegiatan pembinaan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para remaja
dan pemuda tentang bahayanya seks bebas dan narkoba, yang pada akhirnya
diharapkan program pembinaan ini akan memberikan kesibukan tersendiri yang positif
bagi remaja dan pemuda di seluruh negeri.
Tentunya
untuk mewujudkan program ini, kemenkes tidak bisa berdiri sendiri, kemenkes
perlu bekerjasama dengan berbagai pihak. Karang taruna hingga kemenpora saya
fikir perlu dilibatkan dalam program Kemenkes Bina Remaja-Pemuda.
2.Program Wajib Tes Darah Sebelum
Nikah
Ide
ini muncul ketika saya melihat data bahwa pade periode September 2012 jumlah
penderita AIDS yang berumur dibawah 1 tahun (< 1 Tahun) sebanyak 160 jiwa
dan umur 1 – 4 tahun sebanyak 687 jiwa dan ini belum termasuk wilayah DKI Jakarta
yang notabane-nya menduduki peringkat ke-2 nasional kategori penderita HIV/AIDS
(Ditjen PP dan PL Kemenkes, 2012).
Umur
yang sedemikian muda (tergolong bayi dan balita) sudah terinfeksi AIDS, bukan
karena mereka sudah menggunakan narkoba atau melakukan seks bebas. Itu terjadi
karena orang tua mereka mengidap penyakit atau virus HIV/AIDS, sehingga secara
tak langsung tertular (lebiih tepatnya menurun) kepada anknya. Hal ini terjadi
karena ketidaktahuan keduabelah pihak siapa yang membawa virus mematikan
tersebut, apakah suami atau isteri.
Oleh
karena itu pemerintah terutama Kemenkes harus berani mengambil kebijakan mewajibkan
tes darah sebelum melakukan perkawinan, hal ini bertujuan untuk mencegah
semakin tingginya angka penderita HIV/AIDS, terutama dikalangan bayi dan balita
yang tak tahu apa-apa.
3.Program Seks Edukasi sejak SD
Seks edukasi menurut saya tidak
hanya ditujukan kepada remaja dan pemuda namun juga kepada pelajar SD, hal ini
karena sudah banyaknya anak SD yang terlibat kasus pelecehan seksual, merokok
dan narkoba. Sudah saatnya anak SD turut menjadi perhatian kita semua. Hanya saja
bentuk seks edukasi yang dikemas sedimikian rileks, dalam artian tidak
mengandung unsure porno. Misalnya digunakan dengan menggunakan ular tangga. Dimana
setiap gambar ular tangga diubah menjadi pengetahuan tentang seks, HIV/AIDS,
dsb. Sehingga anak SD disamping belajar juga mendapat pengetahuan tentang seks
yang benar dan HIV/AIDS.
4.Program Iklan HIV/AIDS yang “Menakutkan”
dan Berkelanjutan
Maksudnya
adalah pihak terkait yang pasti pemerintah membuat iklan layanan masyarakat
tentang bahayanya HIV/AIDS, yang tidak hanya sekedar slogan, namun juga dalam
bentuk visualisasi yang mengerikan. Misalnya dengan gambar atau tayangan orang
yang terserang HIV/AIDS dengan penuh “borok/koreng”, menjijikan dan mematikan. Sehingga
ketika masyarakat melihat tayangan iklan tersebut maka measyarakat secara tidak
langsung takut terjangkit penyakit
tersebut, sehingga enggan untuk melakukan hal-hal yang dapat menimbulkan
penyakit tersebut. Tentunya hal ini harus dilakukan secara berkelanjutan, tidak
hanya sebatas iklan bulanan. Iklan ini harus berkelanjutan, misalnya harian
selama tahuanan.
Jika
ide yang satu ini merasa menyindir penderita HIV/AIDS karena iklan yang
memvisualisasikan tayangan yang menjijikan dan mematikan, saya fikir ini tak
masalah. Karena ada 240 juta jiwa lagi yang harus kita selamatkan agar tak
tertular virus mematikan tersebut.
5. Bagi-Bagi Kondom Pada Tempatnya
Ini
program lama dari pemerintah, hanya saja yang saya inginkan adalah tidak
membagikan kondom pada sembarang orang (jalan raya, dsb) namun bagikanlah
kondom pada tempatnya, misalnya ditempat lokalisasi, bila perlu sediakan ATM
Kondom ditempat lokalisasi tersebut.
6. Satu Lokalisasi Satu Pemuka Agama
Mungkin
dari sekian banyak ide yang saya tawarkan ide ini yang paling kontroversi. Namun
hal ini yang paling efektif, asalkan ada “nyali” dan “mental” dari pemuka agama
tersebut. Bagaimana caranya, mudah saja pemerintah harus mewajibkan bagi
seluruh lokalisasi di Indonesia untuk melakukan kegiatan mingguan (rutin) misalnya
dalam bentuk pengajian, ceramah mingguan, dll bagi seluruh pekerjanya. Siapa tahu
dalam kegiatan pengkajian tersebut ada PSK yang diberi hidayah dan taubat,
Insya Allah.
Langkah Strategis Perealisasian Ide
Dalam pencapaian perealisasian ide
tentu harus ada langkah strategis yang ditawarkan, menurut saya langkah
strategis yang harus dilakukan adalah :
·
Program
Kemenkes Bina Remaja-Pemuda harus bekerja sama dengan pihak terkait misalnya
LSM, karang taruna hingga kemenpora. Selain itu program ini harus mempunyai
kegiatan yang jelas, adanya evaluasi bulanan atau triwulan. Kegiatan yang saya
tawarkan berupa monitoring (pengawasan), pertemuan rutin, pemberian project
sosial kepada para pemuda dan remaja dan sosial entrepreneurship.
·
Tambahan
dana dalam program Kemenkes Bina Remaja-Pemuda bisa diambil dari dana CSR
perusahan yang berada di daerah masing-masing program pembinaan.
·
Program
wajib tes darah sebelum nikah sebaikan di kongkritkan dalam bentuk UU, intinya
harus ada paying hukum yang menaungi ini bisa bekerja sama dengan legeslatif
alias DPR.
·
Program
seks edukasi sejak SD harus bekerja sama dengan pihak SD, dimana pihak
pemerintah melakukan penyuluhan seks edukasi dan pihak sekolah memonitoring
anak didik mereka.
·
Iklan
layanan masyarakat dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan produser yang
handal, artis yang talenta, dsb. Iklan juga bisa bekerja sama denngan stasiun
TV swasta maupun nasional. Tidak hanya iklan para stasiun TV dapat melakukan
liputan berupa program kemenkes bina remaja-pemuda.
·
Program
bagi-bagi kondom sebaiknya tidak hanya sebatas ceremony belaka, atau acara
tahuanan saja. Bila perlu kemenkes menggarkan kondom gratis untuk dibagikan
ketempat lokalisasi setiap minggu atau setiap bulannya.
·
Satu
lokalisasi satu pemuka agama dapat dilakukan dengan cara perekrutan. Bila perlu
dikemas secara entertain. Misalnya dengan “Kemenkes Mencari Ustad”, di mana
ajang tersebut sama seperti ajang-ajang pencarian bakat lainnya. Jika dianggap
terlalu berat, kemenkes hanya perlu membuat peraturan saja berupa mewajibkan
setiap tempat lokalisasi melakukan kegiatan pengkajian mingguan bagi
pekerjanya. Yang jika tidak dilakukan maka akan dikenakan sanksi.
Penutup
Pada akhirnya peran untuk
menyelamatkan bangsa bukan hanya tugas pemerintah, melainkan tugas kita semua. Tulisan
yang lebih bersifat ke ide ini saya harap dapat memberikan sedikit masukan
untuk pemerintah dan pihakl terkait dalam menanggulangi kasus HIV/AIDS di
Indonesia. Untuk para pemuda saya harap untuk lebih meluangkan waktunya dalam
hal yang lebih positif, berkarya, berprestasi.
Penulis :
Ahmad Daud Alamsyah
Mahasiswa Penyuluhan&Komunikasi Pertanian Universitas Sriwijaya
Fb : Daud
Alamsyah Al-farizi / Oob SiiSulung
Twitter :
@oob_siisulung